Pendahuluan
Media baru dan
perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia saat ini. Perilaku hidup
manusia juga berubah, mengikuti perkembangan teknologi informasi yang
berkembang. Perilaku untuk tatap muka sudah mulai ditinggalkan oleh manusia
saat ini. Manusia saat ini lebih memperhatikan kecepatan dan efisiensi dalam
interaksi dengan manusia lainnya atau kelompok. Sudah jarang terlihat di
kota-kota besar pertemuan yang sangat humanis di dalam keluarga atau di dalam
kelompok dan organisasi. Semua berdasarkan panduan yang sudah distandarisasikan
dan sesuai tujuan matematika ke depan.
Unsur humanis dalam
kekerabatn manusia mulai sedikit-sedikit ditinggalkan oleh manusia perkotaan
saat ini. Gejal ini mulai merambah ke daerah-daerah. Sehingga mulai perubahan
interaksi social masyarakat menjadi kebiasaan baru dan menjadi budaya baru pada
peradaban masyarakat saat ini. Seperti
yang disampaikan dalam jurnal sebelumnya mengenai literasi media baru (penerapan
model literasi media baru bagi permberdayaan masyarakat) dan (representation of
media literacy in the dimensions of social life in Indonesia). penyampaian
pesan saat ini sangat tidak memperhatiakn isi pesan namun packaging dalam
penyampaian pesan itu yang sangat diperhatikan demi segmen yang dituju.
Diskusi penelitian ini
mengarah pada pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana literasi media
baru dan budaya baru di masyarakat Indonesia? Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis literasi media baru dan budaya baru di masyarakat Indonesia.
Signifikansi penelitian ini adalah penelitian ini dapat menambah kajian
mengenai literasi media baru dan budaya baru yang ditimbulkan di masyarakat
Indonesia. Signifikansi social adalah penelitian ini dapat dikritisi sebagai
dasar pada penelitian berikutnya dalam mengkaji literasi media baru dan budaya
baru di Indonesia.
Tinjauan Pustaka
Menurut kamus besar bahasa
Indonesia menjelaskan bahwa arti media adalah alat (sarana) komunikasi, seperti
koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk. Hanya saja
pemahaman ini berhenti pada definisi yang ditawarkan oleh Laughey sebagai teknologi
yang mengkomunikasikan pesan kepada khalayak yang berada dalam lokasi, negara
atau bagian dunia yang berbeda. Hal tersebut pada dasarnya adalah dikenal
sebagai media massa. Namun media tidaklah mesti bersifat massa. Karena pada
dasarnya media merupakan bentuk singular
form dari media. Pengkaji teori media seperti Innis, McLuhan, Meyrowitz,
Holmes, dan Moores, menegaskan bahwa media lebih pada makna teknologi sementara
medium memiliki pemahaman yang lebih luas dari sekedar makna teknologi itu
sendiri. Ini bermakna bahwa media memiliki suatu yang unik yang bisa mewakili
ekspresi atau mengandung suatu pesan. Meski pada dasarnya lebih tertuju pada
konten dibandingkan saluran atau media yang membawanya, namun media bisa
memunculkan reaksi yang berbeda baik dari pembuat pesan maupun kepada penerima
pesan (Nasrullah, 2015)
Straubhaar dan LaRose
mencatat bahwa adanya perubahan terminologi yang menyangkut media. Perubahan
itu berkaitan dengan perkembangan teknologi, cakupan area, produksi masal,
distribusi masal, sampai pada efek yang berbeda dengan apa yang ada di media
massa. Keberadaaan media baru seperti internet bisa melampaui pola penyebaran
pesan media tradisional. Sifat internet yang bisa berinteraksi mengaburkan
batas geografis, kapasitas interaksi, dan yang terpenting bisa dilakukan secara
real time (Nasrullah, 2015).
Media baru adalah istilah
yang dimaksudkan untuk mencakup kemunculan digital, komputer, atau jaringan
teknologi informasi dan komunikasi di akhir abad ke-20. Sebagian besar
teknologi yang digambarkan sebagai “media baru” adalah digital, seringkali
memiliki karakteristik dapat dimanipulasi, bersifat jaringan, padat, interaktif
dan tidak memihak. Beberapa contoh dapat Internet, website, komputer
multimedia, permainan komputer, CD-ROMS, dan DVD. Media baru bukanlah televisi,
film, majalah, buku, atau publikasi berbasis kertas. (Rudi Setiawan, 2013).
Meyrowitz mengungkapkan bahwa
lingkungan media baru atau dikenal dengan cyberspace
telah membawa tawaran pemikiran baru terhadap riset media yang tidak hanya
berfokus pada pesan semata, tetapi mulai melibatkan teknologi komunikasi itu
sendiri yang secara langsung maupun tidak memberikan fakta bahwa perangkat
komunikasi berteknologi itu merupakan salah satu bentuk atau tipe dari
lingkungan sosial. Tidak hanya bisa dilihat sebagai media dalam makna teknologi
semata, tetapi juga makna lain yang muncul seperti budaya, politik, dan ekonomi
(Nasrullah, 2015).
New Media merupakan
media yang menggunakan internet, media online berbasis teknologi, berkarakter
fleksibel, berpotensi interaktif dan dapat berfungsi secara privat maupun
secara publik. Media baru merupakan digitalisasi yang mana sebuah konsep
pemahaman dari perkembangan zaman mengenai teknologi dan sains, dari semua yang
bersifat manual menjadi otomatis dan dari semua yang bersifat rumit menjadi
ringkas. Digital adalah sebuah metode yang complex dan fleksibel yang
membuatnya menjadi sesuatu yang pokok dalam kehidupan manusia. Digital ini juga
selalu berhubungan dengan media Universitas Sumatera Utara karena media ini
adalah sesuatu yang terus selalu berkembang dari media zaman dahulu (old media)
sampai sekarang yang sudah menggunakan digital (modern media/new media).
(Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/42287/Chapter%20II.pf?sequence=4
pada 27 Juni 2018 pukul 10:32 WIB)
Isi pesan
dalam setiap jenis komunikasi juga dibedakan oleh ciri – ciri tertentu,
demikian halnya dengan komunikasi massa. Adapun karakteristik isi pesan
komunikasi massa antara lain, Novelty (Sesuatu
Yang Baru) Kerkaitan dengan aktualitas, bahwa suatu berita akan
menarik khalayak jika merupakan hal – hal yang baru. Baru bukan berarti selalu
baru terjadi, melainkan sesuatu yang belum diketahui khalayak atau khalayak
untuk pertama kalinya mengetahui adanya fakta baru. Karena pada dasarnya
khalayak selalu ingin mengetahui tentang suatu informasi atau peristiwa secepat
mungkin, jadi jangan sampai kelewatan atau terlambat dalam memberitakannya
karena mereka akan mencari dari sumber lain yang dapat memenuhi kebutuhannya
(Vera, 2008).
Proximity (Kedekatan/ Jarak) Artinya adalah
kedekatan atau jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat di
publikasikannya peristiwa itu mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik
untuk mengetahui hal – hal yang berhubungan langsung dengan kehidupan dan
lingkungannya. Kedekatan di sini bisa berarti kedekatan secara psikologis atau
fisik. Dekat secara fisik adalah peristiwa yang terjadi di wilayah lain,
misalnya peristiwa kecelakaan pesawat atau kereta api yang menelan korban jiwa
yang terjadi di Indonesia dengan di luar negeri tentu akan lebih menarik yang
terjadi di dalam negeri. Sedangkan kedekatan secara psikologis menjadi daya
tarik khalayak karena adanya pertalian etnis, agama yang sama antara khalayak
dan obyek berita (Vera, 2008).
Popularitas Peliputan tentang tokoh, organisasi, tempat dan waktu yang
penting dan terkenal selalu menarik perhatian khalayak. Semakin seorang popular
maka ia selalu menjadi bahan berita yang menarik. Apapun yang dilakukan oleh
bintang film, penyanyi, presiden, menteri, wakil rakyat, atlet, semuanya yang
menarik untuk diberitakan baik yang berkaitan dengan profesinya maupun urusan
pribadi (Vera, 2008).
Pertentangan/ Konflik Hal – hal yang
mengungkapkan pertentangan selalu menjadi bahan berita, peristiwa perang,
pemilu, konflik peorangan, konflik antar organisasi, dan lain – lain. Konflik
memiliki nilai berita yang tinggi karena konflik selalu menjadi bagian dari
kehidupan manusia dan berita merupakan peristiwa tentang kehidupan. Yang perlu
menjadi perhatian dalam meliput tentang konflik, seorang wartawan tidak boleh
memihak atau berat sebelah dengan pihak lain, ia tetap harus memberitakan
secara objektif dan netral (Vera, 2008).
Komedi/ Humor Acara – acara yang
menjadi bahan perhatian para khalayak adalah hal – hal yang menghilangkan
kejenuhan. Setelah beraktivitas seharian khalayak pastinya sangat lelah, dan
membutuhkan hiburan untuk pikiran yang jenuh (Vera, 2008).
Seks dan Keindahan Kedua unsur di atas
sifatnya universal dan menarik perhatian khalayak. Tidak heran jika media massa
baik cetak maupun elektronik selalu menyelipkan sesuatu yang mengandung unsur
seks dan keindahan tersebut. Seperti perihal cerita – cerita romantic, artis/
aktor seksi yang berpenampilan menarik selalu menjadi daya tarik tersendiri.
Dalam media film unsur ini sangat terasa dalam hampir semua jenis film (Vera,
2008).
Bencana dan Kriminal Hal – hal yang berkaitan dan menyentuh kebutuhan dasar manusia
seringkali bisa menimbulkan emosi dan simpati khalayak, misalnya; berita
bencana alam, pembataian, kelaparan, dan lain – lain yang menyangkut
keselamatan hidup manusia menjadi daya tarik khalayak karena keselamatan merupakan
prioritas utama manusia (Vera, 2008).
Nostalgia Hal – hal yang
mengungkapkan pengalaman masa lalu. Kenangan seseorang baik yang berkesan atau
yang tidak menyenangkan di masa lalu biasanya selalu diingat. Acara – acara
yang memutar lagu – lagu nostalgia dapat menjadi pelipur lara bagi khalayak
(Vera, 2008).
Human Interest Menyangkut
kehiudupan orang lain terutama terutama yang menyentuh perasaan, peristiwa yang
membangkitkan emosi manusia seperti sedih, lucu, dramatis, hal – hal yang aneh
semuanya menarik jika dilihat dari segi human interest.
Literasi media
merupakan kemampuan keterampilan pengguna dalam membaca, memahami isi pesan
media, kemudian komunikan dapat mengerti, memahami isi pesan yang disampaikan,
serta mengerti maksud pesan tersebut. Seperti yang disampaikan dalam Jurnal
internasional tentang media baru dari Richard Kahn, Douglas Kellner dengan
judul New Media and Internet Activism: from the ‘Battle of Seattle’ to blogging
di publikasikan oleh SAGE Journals Publications Volume 6 (1) DOI:
10.1177/1461444804039908.
Seperi yang ada dalam Jurnal
internasional tentang media baru dari John Downey dan Natalie Fenton dengan
Judul New Media, Counter Publicity and the Public Sphere di publikasikan oleh
SAGE Journals Publication Volume 5 (2), maeia baru adalah media yang dapat
dicapai oleh komunikan dalam mengakses informasi yang disampaikan serta dapat
merespon isi pesan media kepada komunikator pada saat bersamaan. Sementara
literasi media baru merupakan keterampilamn komunikan dalam menerima informasi
tidak saja mengerti pesan yang disampaikan namun juga mahir dalam memahami
informasi yang diterima oleh komunikan.
Literasi media telah
dilakukan secara sistematis sejak tahun 1960 menekankan pada pengajaran tentang
media daripada melalui media. Istilah literasi media tidak hanya digunakan
secara khusus untuk media, tetapi dapat digunakan secara luas pada ranah yang
berbeda. Banyak istilah yang muncul seperti literasi komputer, literasi
digital, literasi politik yang ditemui pada banyak literature. Literasi media
pun kadang didefinisikan lebih merujuk pada jenis teknologi yang digunakan.
Perkembangan teknologi komunikasi, terutama melalui internet, memunculkan istilah
baru dalam praktik literasi media yaitu literasi digital. Literasi digital pada
dasarnya sama dengan literasi media, yaitu praktik yang menawarkan kapasitas
atau kompetensi memanfaatkan media, baik memahaminya, memproduksinya, atau
mengetahui perannya dalam masyarakat. (Wahid & Pratomo, 2017)
Kebudayaan berasal dari
kata sansekerta buddayah, yang
artinya budi atau akal. Kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutan dengan
akal. Menurut Taylor ahli antropologi kebudayaan adalah keseluruhan yang
kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain, serta kebiasaan yang didapat
oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Ranjabar, 2006). Definisi lain
dikemukakan oleh Linton bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku
yang dipelajari dari hasil tingkah laku, yang unsur-unsur pembentukannya
didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu (Sukidin, 2005).
Metodologi
Penelitian
Dalam melakukan
penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Dalam
pendekatan kuantitatif, pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang
mengambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat
digeneralisasikan. Hasil dalam suatu pemecahan masalah tidak terlalu mementingkan
kedalaman data atau analisis (Kriyantono, 2010). Pendekatan kuantitatif
digunakan sebagai landasan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.
Laporan dengan pendekatan ini harus mempunyai fokus yang jelas, dan memenuhi
kaidah penulisan metode kuantitatif (Ronny, 2004).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
paradigm positivis. Paradigma positivis adalah pandangan melihat suatu realitas
adalah tunggal. Bahwa realitas dalam penelitian ada dalam suatu sudut yang
sama. Tidak melihat sudut lainnya (Parasuraman, 2017). Objektivitas dalam
paradigm positivis sangat berlaku. Genralisai hasil penelitian sangat
diperlukan agar penelitian berikutnya dapat menggunakan alat ukur yang sama
dalam penelitian berikutnya. (Baby, 2016)
Kuesioner disebarkan
kepada responden generasi muda yang ada di kecamatan Bayah, Banten. Generasi
muda yang dimaksud dalam penelitian ini adalah individu yang berusia 15 sampai
20 tahun. Usia produktif yang masih sekolah sampai usia 20 tahun.daerah ini
merupakan daerah pertumbuhan ekonomi terdapat pusat ekonomi tambang tradisional
dan beberpa pabrik semen dan tekstil yang berada dalam daerah ini (wawancara
dengan Camat Bayah, 2018).
Hasil
Penelitian dan Diskusi
Media baru sangat
mempengaruhi kehidupan manusia. Perlahan namun pasti pola hidup manusia saat
ini berubah sedikit demi sedikit karena teknologi terbaru ini. Perkembangan
teknologi tidak dapat dihindarkan. Namun isi media seharusnya dapat mengedukasi
para poenggunanya.
Isi media tidak lagi
menjadi penting bagi pengguna. Ketika packaging media baru itu sangat menarik,
maka pengguna akan memakainya sekaligus akan menyebarkan informasi yang
diterima. Informasi yang diterima belum tentu juga kebenarannya. Ketika
informasi diterima seharusnya penerima pesan melihat dengan seksama isi pesan
tersebut. Ketika divalidasi kebenarannya maka pesan tersebut dapat di teruskan
atau dipublikasikan kembali oleh penerima.
Gambaran umum hasil
penelitian ini adalah literasi media di Bayah belum diterapkan oleh komunikai
generasi muda di Bayah. Mereka updated dalam teknologi informasi yang
berkembang saat ini. Mengunduh informasi yang dibutuhkan masyarakat pada saat
itu yang sedang ini saat itu. Namun tidak mengerti maksud dari informasi
disampaikan. Informasi yang diakses oleh informan adalah informasi bukan yang
dapat memberdayakan masyarakat. Namun informasi yang sedang in saat itu.
Misalnya komunikan yang masih sekolah di tingkat menengah dan atas mengunduh
informasi permainan dan video nyanyian yang saat itu paling in. dan menirukan
apa yang disajikan oleh media tersebut.
Hasil penelitian ini
juga menggambarkan tumbuhnya budaya baru dalam literasi media baru sangat
diperlukan. Komunikan dapat mahir dalam mendapatkan teknologinya namun tidak
mengerti harus memahami isi pesan yang disampaikan. Budaya yang sedikit demi
sedikit tergeserkan dalam masyarakat Indonesia mulai Nampak. Tidak saja di
perkotaan namun sudah merambah ke daerah pedesaan.
Teknologi informasi
media baru menimbulkan budaya baru dalam masyarakat. Misalnya kedekatan antara
anggota keluarga sudah mulai bergeser ke arah individualism. masyarakat mulai
tidak mengenal tetangga dan opinion leader dalam kelompok mereka. Komunikan
lebih percaya pada informasi yang disampaikan oleh media baru daripada
bertatapan langsung dengan opinion leader atau anggota masyarakat yang dituju.
Mereka lebih akrab dan mengetahui sendiri informasi yang disukai bukan yang
dibutuhkan. Dan mereka tidak mengetahui apakah informasi yang diperoleh sudah
valid dengan sumber sebenarnya. Keterampilan dan pemehaman mereka dalam
menerima informasi pun belum mereka kuasai.
Saat ini adalah ketika
komunikan menerima pesan maka penerima akan mengirimkan ke lingkungannya. Tanpa
memverifikasi kebenaran pesan tersebut.
Kesimpulan dan Saran
Literasi media sangat
diperlukan dalam masyarakat. Keterampilan teknologi informasi sudah sangat
dikuasi oleh komunikan. Namun pemahaman dan keterampilan literasi media masih
sangat diperlukan. Karena masyarakat belum memahami literasi media. Jika tidak
memahami literasi media dengan baik maka pesan destruktif yang akan diterima
oleh masyarakat pengguna bukan target tujuan yang dimaksud oleh pengirim
informasi.
Sumber : https://www.researchgate.net/publication/326913529_LITERASI_MEDIA_BARU_DAN_BUDAYA_BARU_DI_MASYARAKAT_INDONESIA/link/5b759f29299bf14c6da9b767/download