Senin, 25 Januari 2021

LITERASI MEDIA BARU DAN BUDAYA BARU DI MASYARAKAT INDONESIA

Pendahuluan

Media baru dan perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia saat ini. Perilaku hidup manusia juga berubah, mengikuti perkembangan teknologi informasi yang berkembang. Perilaku untuk tatap muka sudah mulai ditinggalkan oleh manusia saat ini. Manusia saat ini lebih memperhatikan kecepatan dan efisiensi dalam interaksi dengan manusia lainnya atau kelompok. Sudah jarang terlihat di kota-kota besar pertemuan yang sangat humanis di dalam keluarga atau di dalam kelompok dan organisasi. Semua berdasarkan panduan yang sudah distandarisasikan dan sesuai tujuan matematika ke depan.

Unsur humanis dalam kekerabatn manusia mulai sedikit-sedikit ditinggalkan oleh manusia perkotaan saat ini. Gejal ini mulai merambah ke daerah-daerah. Sehingga mulai perubahan interaksi social masyarakat menjadi kebiasaan baru dan menjadi budaya baru pada peradaban masyarakat saat ini.  Seperti yang disampaikan dalam jurnal sebelumnya mengenai literasi media baru  (penerapan model literasi media baru bagi permberdayaan masyarakat) dan (representation of media literacy in the dimensions of social life in Indonesia). penyampaian pesan saat ini sangat tidak memperhatiakn isi pesan namun packaging dalam penyampaian pesan itu yang sangat diperhatikan demi segmen yang dituju.

Diskusi penelitian ini mengarah pada pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana literasi media baru dan budaya baru di masyarakat Indonesia? Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis literasi media baru dan budaya baru di masyarakat Indonesia. Signifikansi penelitian ini adalah penelitian ini dapat menambah kajian mengenai literasi media baru dan budaya baru yang ditimbulkan di masyarakat Indonesia. Signifikansi social adalah penelitian ini dapat dikritisi sebagai dasar pada penelitian berikutnya dalam mengkaji literasi media baru dan budaya baru di Indonesia.

 

Tinjauan Pustaka

Menurut kamus besar bahasa Indonesia menjelaskan bahwa arti media adalah alat (sarana) komunikasi, seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk. Hanya saja pemahaman ini berhenti pada definisi yang ditawarkan oleh Laughey sebagai teknologi yang mengkomunikasikan pesan kepada khalayak yang berada dalam lokasi, negara atau bagian dunia yang berbeda. Hal tersebut pada dasarnya adalah dikenal sebagai media massa. Namun media tidaklah mesti bersifat massa. Karena pada dasarnya media merupakan bentuk singular form dari media. Pengkaji teori media seperti Innis, McLuhan, Meyrowitz, Holmes, dan Moores, menegaskan bahwa media lebih pada makna teknologi sementara medium memiliki pemahaman yang lebih luas dari sekedar makna teknologi itu sendiri. Ini bermakna bahwa media memiliki suatu yang unik yang bisa mewakili ekspresi atau mengandung suatu pesan. Meski pada dasarnya lebih tertuju pada konten dibandingkan saluran atau media yang membawanya, namun media bisa memunculkan reaksi yang berbeda baik dari pembuat pesan maupun kepada penerima pesan (Nasrullah, 2015)

Straubhaar dan LaRose mencatat bahwa adanya perubahan terminologi yang menyangkut media. Perubahan itu berkaitan dengan perkembangan teknologi, cakupan area, produksi masal, distribusi masal, sampai pada efek yang berbeda dengan apa yang ada di media massa. Keberadaaan media baru seperti internet bisa melampaui pola penyebaran pesan media tradisional. Sifat internet yang bisa berinteraksi mengaburkan batas geografis, kapasitas interaksi, dan yang terpenting bisa dilakukan secara real time (Nasrullah, 2015).

Media baru adalah istilah yang dimaksudkan untuk mencakup kemunculan digital, komputer, atau jaringan teknologi informasi dan komunikasi di akhir abad ke-20. Sebagian besar teknologi yang digambarkan sebagai “media baru” adalah digital, seringkali memiliki karakteristik dapat dimanipulasi, bersifat jaringan, padat, interaktif dan tidak memihak. Beberapa contoh dapat Internet, website, komputer multimedia, permainan komputer, CD-ROMS, dan DVD. Media baru bukanlah televisi, film, majalah, buku, atau publikasi berbasis kertas. (Rudi Setiawan, 2013).

Meyrowitz mengungkapkan bahwa lingkungan media baru atau dikenal dengan cyberspace telah membawa tawaran pemikiran baru terhadap riset media yang tidak hanya berfokus pada pesan semata, tetapi mulai melibatkan teknologi komunikasi itu sendiri yang secara langsung maupun tidak memberikan fakta bahwa perangkat komunikasi berteknologi itu merupakan salah satu bentuk atau tipe dari lingkungan sosial. Tidak hanya bisa dilihat sebagai media dalam makna teknologi semata, tetapi juga makna lain yang muncul seperti budaya, politik, dan ekonomi (Nasrullah, 2015).

New Media merupakan media yang menggunakan internet, media online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif dan dapat berfungsi secara privat maupun secara publik. Media baru merupakan digitalisasi yang mana sebuah konsep pemahaman dari perkembangan zaman mengenai teknologi dan sains, dari semua yang bersifat manual menjadi otomatis dan dari semua yang bersifat rumit menjadi ringkas. Digital adalah sebuah metode yang complex dan fleksibel yang membuatnya menjadi sesuatu yang pokok dalam kehidupan manusia. Digital ini juga selalu berhubungan dengan media Universitas Sumatera Utara karena media ini adalah sesuatu yang terus selalu berkembang dari media zaman dahulu (old media) sampai sekarang yang sudah menggunakan digital (modern media/new media). (Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/42287/Chapter%20II.pf?sequence=4 pada 27 Juni 2018 pukul 10:32 WIB)

Isi pesan dalam setiap jenis komunikasi juga dibedakan oleh ciri – ciri tertentu, demikian halnya dengan komunikasi massa. Adapun karakteristik isi pesan komunikasi massa antara lain, Novelty (Sesuatu Yang Baru) Kerkaitan dengan aktualitas, bahwa suatu berita akan menarik khalayak jika merupakan hal – hal yang baru. Baru bukan berarti selalu baru terjadi, melainkan sesuatu yang belum diketahui khalayak atau khalayak untuk pertama kalinya mengetahui adanya fakta baru. Karena pada dasarnya khalayak selalu ingin mengetahui tentang suatu informasi atau peristiwa secepat mungkin, jadi jangan sampai kelewatan atau terlambat dalam memberitakannya karena mereka akan mencari dari sumber lain yang dapat memenuhi kebutuhannya (Vera, 2008).

Proximity (Kedekatan/ Jarak) Artinya adalah kedekatan atau jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat di publikasikannya peristiwa itu mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik untuk mengetahui hal – hal yang berhubungan langsung dengan kehidupan dan lingkungannya. Kedekatan di sini bisa berarti kedekatan secara psikologis atau fisik. Dekat secara fisik adalah peristiwa yang terjadi di wilayah lain, misalnya peristiwa kecelakaan pesawat atau kereta api yang menelan korban jiwa yang terjadi di Indonesia dengan di luar negeri tentu akan lebih menarik yang terjadi di dalam negeri. Sedangkan kedekatan secara psikologis menjadi daya tarik khalayak karena adanya pertalian etnis, agama yang sama antara khalayak dan obyek berita (Vera, 2008).

Popularitas Peliputan tentang tokoh, organisasi, tempat dan waktu yang penting dan terkenal selalu menarik perhatian khalayak. Semakin seorang popular maka ia selalu menjadi bahan berita yang menarik. Apapun yang dilakukan oleh bintang film, penyanyi, presiden, menteri, wakil rakyat, atlet, semuanya yang menarik untuk diberitakan baik yang berkaitan dengan profesinya maupun urusan pribadi (Vera, 2008).

Pertentangan/ Konflik Hal – hal yang mengungkapkan pertentangan selalu menjadi bahan berita, peristiwa perang, pemilu, konflik peorangan, konflik antar organisasi, dan lain – lain. Konflik memiliki nilai berita yang tinggi karena konflik selalu menjadi bagian dari kehidupan manusia dan berita merupakan peristiwa tentang kehidupan. Yang perlu menjadi perhatian dalam meliput tentang konflik, seorang wartawan tidak boleh memihak atau berat sebelah dengan pihak lain, ia tetap harus memberitakan secara objektif dan netral (Vera, 2008).

Komedi/ Humor Acara – acara yang menjadi bahan perhatian para khalayak adalah hal – hal yang menghilangkan kejenuhan. Setelah beraktivitas seharian khalayak pastinya sangat lelah, dan membutuhkan hiburan untuk pikiran yang jenuh (Vera, 2008).

Seks dan Keindahan Kedua unsur di atas sifatnya universal dan menarik perhatian khalayak. Tidak heran jika media massa baik cetak maupun elektronik selalu menyelipkan sesuatu yang mengandung unsur seks dan keindahan tersebut. Seperti perihal cerita – cerita romantic, artis/ aktor seksi yang berpenampilan menarik selalu menjadi daya tarik tersendiri. Dalam media film unsur ini sangat terasa dalam hampir semua jenis film (Vera, 2008).

Bencana dan Kriminal Hal – hal yang berkaitan dan menyentuh kebutuhan dasar manusia seringkali bisa menimbulkan emosi dan simpati khalayak, misalnya; berita bencana alam, pembataian, kelaparan, dan lain – lain yang menyangkut keselamatan hidup manusia menjadi daya tarik khalayak karena keselamatan merupakan prioritas utama manusia (Vera, 2008).

Nostalgia Hal – hal yang mengungkapkan pengalaman masa lalu. Kenangan seseorang baik yang berkesan atau yang tidak menyenangkan di masa lalu biasanya selalu diingat. Acara – acara yang memutar lagu – lagu nostalgia dapat menjadi pelipur lara bagi khalayak (Vera, 2008).

Human Interest Menyangkut kehiudupan orang lain terutama terutama yang menyentuh perasaan, peristiwa yang membangkitkan emosi manusia seperti sedih, lucu, dramatis, hal – hal yang aneh semuanya menarik jika dilihat dari segi human interest.

Literasi media merupakan kemampuan keterampilan pengguna dalam membaca, memahami isi pesan media, kemudian komunikan dapat mengerti, memahami isi pesan yang disampaikan, serta mengerti maksud pesan tersebut. Seperti yang disampaikan dalam Jurnal internasional tentang media baru dari Richard Kahn, Douglas Kellner dengan judul New Media and Internet Activism: from the ‘Battle of Seattle’ to blogging di publikasikan oleh SAGE Journals Publications Volume 6 (1) DOI: 10.1177/1461444804039908.

Seperi yang ada dalam Jurnal internasional tentang media baru dari John Downey dan Natalie Fenton dengan Judul New Media, Counter Publicity and the Public Sphere di publikasikan oleh SAGE Journals Publication Volume 5 (2), maeia baru adalah media yang dapat dicapai oleh komunikan dalam mengakses informasi yang disampaikan serta dapat merespon isi pesan media kepada komunikator pada saat bersamaan. Sementara literasi media baru merupakan keterampilamn komunikan dalam menerima informasi tidak saja mengerti pesan yang disampaikan namun juga mahir dalam memahami informasi yang diterima oleh komunikan.

Literasi media telah dilakukan secara sistematis sejak tahun 1960 menekankan pada pengajaran tentang media daripada melalui media. Istilah literasi media tidak hanya digunakan secara khusus untuk media, tetapi dapat digunakan secara luas pada ranah yang berbeda. Banyak istilah yang muncul seperti literasi komputer, literasi digital, literasi politik yang ditemui pada banyak literature. Literasi media pun kadang didefinisikan lebih merujuk pada jenis teknologi yang digunakan. Perkembangan teknologi komunikasi, terutama melalui internet, memunculkan istilah baru dalam praktik literasi media yaitu literasi digital. Literasi digital pada dasarnya sama dengan literasi media, yaitu praktik yang menawarkan kapasitas atau kompetensi memanfaatkan media, baik memahaminya, memproduksinya, atau mengetahui perannya dalam masyarakat. (Wahid & Pratomo, 2017)

Kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddayah, yang artinya budi atau akal. Kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Menurut Taylor ahli antropologi kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Ranjabar, 2006). Definisi lain dikemukakan oleh Linton bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dari hasil tingkah laku, yang unsur-unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu (Sukidin, 2005).

 

Metodologi Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Dalam pendekatan kuantitatif, pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang mengambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Hasil dalam suatu pemecahan masalah tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis (Kriyantono, 2010). Pendekatan kuantitatif digunakan sebagai landasan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam. Laporan dengan pendekatan ini harus mempunyai fokus yang jelas, dan memenuhi kaidah penulisan metode kuantitatif (Ronny, 2004).

 Metode yang digunakan dalam penelitian ini paradigm positivis. Paradigma positivis adalah pandangan melihat suatu realitas adalah tunggal. Bahwa realitas dalam penelitian ada dalam suatu sudut yang sama. Tidak melihat sudut lainnya (Parasuraman, 2017). Objektivitas dalam paradigm positivis sangat berlaku. Genralisai hasil penelitian sangat diperlukan agar penelitian berikutnya dapat menggunakan alat ukur yang sama dalam penelitian berikutnya. (Baby, 2016)

Kuesioner disebarkan kepada responden generasi muda yang ada di kecamatan Bayah, Banten. Generasi muda yang dimaksud dalam penelitian ini adalah individu yang berusia 15 sampai 20 tahun. Usia produktif yang masih sekolah sampai usia 20 tahun.daerah ini merupakan daerah pertumbuhan ekonomi terdapat pusat ekonomi tambang tradisional dan beberpa pabrik semen dan tekstil yang berada dalam daerah ini (wawancara dengan Camat Bayah, 2018).

 

Hasil Penelitian dan Diskusi

Media baru sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Perlahan namun pasti pola hidup manusia saat ini berubah sedikit demi sedikit karena teknologi terbaru ini. Perkembangan teknologi tidak dapat dihindarkan. Namun isi media seharusnya dapat mengedukasi para poenggunanya.

Isi media tidak lagi menjadi penting bagi pengguna. Ketika packaging media baru itu sangat menarik, maka pengguna akan memakainya sekaligus akan menyebarkan informasi yang diterima. Informasi yang diterima belum tentu juga kebenarannya. Ketika informasi diterima seharusnya penerima pesan melihat dengan seksama isi pesan tersebut. Ketika divalidasi kebenarannya maka pesan tersebut dapat di teruskan atau dipublikasikan kembali oleh penerima.

Gambaran umum hasil penelitian ini adalah literasi media di Bayah belum diterapkan oleh komunikai generasi muda di Bayah. Mereka updated dalam teknologi informasi yang berkembang saat ini. Mengunduh informasi yang dibutuhkan masyarakat pada saat itu yang sedang ini saat itu. Namun tidak mengerti maksud dari informasi disampaikan. Informasi yang diakses oleh informan adalah informasi bukan yang dapat memberdayakan masyarakat. Namun informasi yang sedang in saat itu. Misalnya komunikan yang masih sekolah di tingkat menengah dan atas mengunduh informasi permainan dan video nyanyian yang saat itu paling in. dan menirukan apa yang disajikan oleh media tersebut.

Hasil penelitian ini juga menggambarkan tumbuhnya budaya baru dalam literasi media baru sangat diperlukan. Komunikan dapat mahir dalam mendapatkan teknologinya namun tidak mengerti harus memahami isi pesan yang disampaikan. Budaya yang sedikit demi sedikit tergeserkan dalam masyarakat Indonesia mulai Nampak. Tidak saja di perkotaan namun sudah merambah ke daerah pedesaan.

Teknologi informasi media baru menimbulkan budaya baru dalam masyarakat. Misalnya kedekatan antara anggota keluarga sudah mulai bergeser ke arah individualism. masyarakat mulai tidak mengenal tetangga dan opinion leader dalam kelompok mereka. Komunikan lebih percaya pada informasi yang disampaikan oleh media baru daripada bertatapan langsung dengan opinion leader atau anggota masyarakat yang dituju. Mereka lebih akrab dan mengetahui sendiri informasi yang disukai bukan yang dibutuhkan. Dan mereka tidak mengetahui apakah informasi yang diperoleh sudah valid dengan sumber sebenarnya. Keterampilan dan pemehaman mereka dalam menerima informasi pun belum mereka kuasai.

Saat ini adalah ketika komunikan menerima pesan maka penerima akan mengirimkan ke lingkungannya. Tanpa memverifikasi kebenaran pesan tersebut.

 

Kesimpulan dan Saran

Literasi media sangat diperlukan dalam masyarakat. Keterampilan teknologi informasi sudah sangat dikuasi oleh komunikan. Namun pemahaman dan keterampilan literasi media masih sangat diperlukan. Karena masyarakat belum memahami literasi media. Jika tidak memahami literasi media dengan baik maka pesan destruktif yang akan diterima oleh masyarakat pengguna bukan target tujuan yang dimaksud oleh pengirim informasi.


Sumber : https://www.researchgate.net/publication/326913529_LITERASI_MEDIA_BARU_DAN_BUDAYA_BARU_DI_MASYARAKAT_INDONESIA/link/5b759f29299bf14c6da9b767/download

Tidak ada komentar:

Posting Komentar